Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hikayat Abu Nawas Pesan Bagi Hakim


Hikayat Abu Nawas Pesan Bagi Hakim

amanah, hikayat, abu nawas pesan bagi hakim

1. amanah, hikayat, abu nawas pesan bagi hakim


kita harus bersikap adil dan banyak2 bersyukur

2. amanah, hikayat, abu nawas pesan bagi hakim


Amanat :
-kita harus banyak-banyak bersyukur.
Jangan selalu melihat ke atas, sekali-kali lihatlah kebawah, karena masih banyak orang yang hidupnya lebih menderita dari kita.
- Hadapilah semua rintangan dan cobaan dalam hidup dengan sabar dan rendah hati.
-Jangan memandang seseorang dari tampak luarnya saja, tapi lihatlah ke dalam hatinya.
-Hendaknya kita dapat menolong sesama yang mengalami kesukaran.
-Janganlah kita mudah menyerah dalam menghadapi suatu hal.
-Hidup dan kematian, bahagia dan kesedihan, semua berada di tanan Tuhan, manusia hanya dapat menjalani takdir yang telah ditentukan.
-kita harus selalu bersikap adil
Maaf saya hanya tau amanat nya saja

3. struktur teks hikayat abu nawas “pesan bagi hakim”


Tema : keadilan
Alur : Menggunakan alur maju mundur. Karena penulis menceritakan cerita tidak berurutan dari awal hingga akhir.
Setting/ Latar :
-Setting Tempat : Negeri Baghdad, Rumah Abunawas.Rumah Kadi
Sudut Pandang Pengarang : orang ketiga serba tahu.
Amanat :
-kita harus banyak-banyak bersyukur.
Jangan selalu melihat ke atas, sekali-kali lihatlah kebawah, karena masih banyak orang yang hidupnya lebih menderita dari kita.
- Hadapilah semua rintangan dan cobaan dalam hidup dengan sabar dan rendah hati.
-Jangan memandang seseorang dari tampak luarnya saja, tapi lihatlah ke dalam hatinya.
-Hendaknya kita dapat menolong sesama yang mengalami kesukaran.
-Janganlah kita mudah menyerah dalam menghadapi suatu hal.
-Hidup dan kematian, bahagia dan kesedihan, semua berada di tanan Tuhan, manusia hanya dapat menjalani takdir yang telah ditentukan.
-kita harus selalu bersikap adil

4. teks Hikayat abu nawas tentang harta qarun


Abu Nawas gusar bukan kepalang. Tadi pagi beberapa pekerja kerajaan atas perintah Baginda Raja membongkar rumah dan terus menggali tanpa bisa dicegah. Kata mereka tadi malam Baginda bermimpi bahwa di bawah rumah Abu Nawas terpendam emas dan permata yang tak ternilai harganya. Tetapi setelah mereka terus menggali ternyata emas dan permata itu tidak ditemukan. Dan Baginda juga tidak meminta maaf kepada Abu Nawas. Apalagi mengganti kerugian.
Inilah yang membuat Abu Nawas gusar marah dan dendam. Lama Abu Nawas memeras otak, namun belum juga ia menemukan muslihat untuk membalas Baginda. Makanan yang dihidangkan oleh istrinya tidak dimakan karena nafsu makannya lenyap. Malam pun tiba, namun Abu Nawas tetap tidak beranjak.
Keesokan hari Abu Nawas melihat lalat-lalat mulai menyerbu makanan Abu Nawas yang sudah basi. Ia tiba-tiba tertawa riang.
"Tolong ambilkan kain penutup untuk makananku dan sebatang besi." Abu Nawas berkata kepada istrinya.
"Untuk apa?" tanya istrinya heran.
"Membalas Baginda Raja." kata Abu Nawas singkat.
Dengan muka berseri-seri Abu Nawas berangkat menuju istana. Setiba di istana Abu Nawas membungkuk hormat dan berkata, "Ampun Tuanku, hamba menghadap Tuanku Baginda hanya untuk mengadukan perlakuan tamutamu yang tidak diundang. Mereka memasuki rumah hamba tanpa ijin dari hamba dan berani memakan makanan hamba."
"Siapakah tamu-tamu yang tidak diundang itu wahai Abu Nawas?" sergap Baginda kasar.
"Lalat-lalat ini, Tuanku." kata Abu Nawas sambil membuka penutup piringnya. "Kepada siapa lagi kalau bukan kepada Baginda junjungan hamba, hamba mengadukan perlakuan yang tidak adil ini."
"Lalu keadilan yang bagaimana yang engkau inginkan dariku?"
"Hamba hanya menginginkan ijin tertulis dari Baginda sendiri agar hamba bisa dengan leluasa menghukum lalat-lalat itu."
Baginda Raja tidak bisa mengelakkan diri menolak permintaan Abu Nawas karena pada saat itu para menteri sedang berkumpul di istana. Maka dengan terpaksa Baginda membuat surat ijin yang isinya memperkenankan Abu Nawas memukul lalat-lalat itu di manapun mereka hinggap.
Tanpa menunggu perintah Abu Nawas mulai mengusir lalat-lalat di piringnya hingga mereka terbang dan hinggap di sana sini. Dengan tongkat besi yang sudah sejak tadi dibawanya dari rumah, Abu Nawas mulai mengejar dan memukuli lalat-lalat itu. Ada yang hinggap di kaca. Abu Nawas dengan leluasa memukul kaca itu hingga hancur, kemudian vas bunga yang indah, kemudian giliran patung hias sehingga sebagian dari istana dan perabotannya remuk diterjang tongkat besi Abu Nawas. Bahkan Abu Nawas tidak merasa malu memukul lalat yang kebetulan hinggap di tempayan Baginda Raja. Baginda Raja tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menyadari kekeliruan yang telah dilakukan terhadap Abu Nawas dan keluarganya.
Dan setelah merasa puas, Abu Nawas mohon diri. Barang-barang kesayangan Baginda banyak yang hancur. Bukan hanya itu saja, Baginda juga menanggung rasa malu. Abu Nawas pulang dengan perasaan lega. Istrinya pasti sedang menunggu di rumah untuk mendengarkan cerita apa yang dibawa dari istana.

5. pesan yabg tersurat dan tersirat dalam hikayat abu nawas - ibu sejati


sepanai pandainya seseorang menyembunyikan kejahatan, suatu saat akan terbongkar juga. oleh karna itu jgn berbuat kejahatan yaa~

6. teks hikayat abu nawas pesan bagi hakim dirubaah menjadi cerpen​


Jawaban : ketika abu nawas akan dihukum

Penjelasan:


7. nilai nilai yang terkandung dalam hikayat abu nawas pesan bagi hakim


nilai moral..nilai relegius..nilah budaya dllNilai moral,akhlak, nilai keadilan,nilai janggung jawab

8. kemustahilan hikayat abu nawas?


Kemustahilannya adalah cerita itu tidak benar benar terjadi, namun makna yang terkandung didalamnya dapat kita jadikan penbelajaran.

9. teks hikayat abu nawas pesan bagi hakim dirubah menjadi cerpen


Penjelasan:

merupakan cerita nabi yg di jadikan cerpen


10. Struktur teks eksposisi tentang hikayat abu nawas "pesan bagi hakim"?


Tersebutlah perkataan Abu Nawas dengan bapanya diam di negeri Baghdad. Adapun Abu Nawas itu sangat cerdik dan terlebih bijak daripada orang banyak. Bapanya seorang Kadi. Sekali peristiwa, bapanya itu sakit dan hampir mati. Ia meminta Abu Nawas mencium telinganya. Telinga sebelah kanannya sangat harum baunya, sedangkan telinga kiri sangat busuk . Bapanya menerangkan bahwa semasa membicarakan perkara dua orang, dia pernah mendengar aduan seorang dan tiada mendengar adua yang lain. Itulah sebabnya sebelah telinga menjadi busuk. Ditambahnya juga kalau anaknya tiada mau menjadi kadi, dia harus mencari helah melepaskan diri. Hatta bapa Abu Nawas pun berpulanglah dan Sultan Harun Ar-rasyid mencari Abu Nawas untuk menggantikan bapanya. Maka Abu Nawas pun membuat gila dan tidak tentu kelakuannya. Pada suatu hati, Abu Nawas berkata kepada seorang yang dekatnya, ”Hai, gembala kuda, pergilah engkau memberi makan rumput kuda itu.” Maka si polan itu pergi menghadap sultan dan meminta dijadikan kadi. Permintaan dikabulkan dan si polan itu tetap menjadi kadi dalam negeri. Akan Abu Nawas itu, pekerjaannya tiap hari ialah mengajar kitab pada orang negeri itu. Pada suatu malam, seorang anak Mesir yang berdagang dalam negeri Baghdad bermimpi menikah dengan anak perempuan kadi yang baru itu. Tatkala kadi itu mendengar mimpi anak Mesir itu, ia meminta anak Mesir itu membayar maharnya. Ketika anak Mesir itu menolak, segala hartanya dirampas dan ia mengadukan halnya kepada Abu Nawas. Abu Nawas lalu menyuruh murid-muridnya memecahkan rumah kadi itu. Tatkala dihadapkan ke depan Sultan, Abu Nawas berkata bahwa dia bermimpi kadi itu menyuruhnya berbuat begitu. Dan memakai mimpi sebagai hukum itu sebenarnya adalah hokum kadi itu sendiri. Dengan demikian terbukalah perbuatan kadi yang zalim itu. Kadi itu lalu dihukum oleh Sultan. Kemudian anak Mesir itu pun diamlah di dalam negeri itu. Telah sampai musim, ia pun kembali ke negerinya.
Seorang kadi mempunyai seorang anak bernama Abu Nawas menjelang kematiannya ia memanggil anak-anaknya dan disuruh mencium telinganya. Jika telinga kanan harum baunya, itu pertanda akan baik. Akan tetapi jika yang harum telinga kiri, berarti bahwa sepeninggalnya akan terjadi hal-hal yang tidak baik. Ternyata yang harum yang kiri.
Sesudah ayahnya meninggal, Abu Nawas pura-pura menjadi gila, sehingga ia tidak diangkat menggantikan ayahnya sebagai kadi. Yang diangkat menggantikannya ialah Lukman. Seorang pedagang Mesir bermimpi sebagai berikut: anak perempuan kadi baru kawin gelap, akan tetapi tanpa emas kawin sama sekali kecuali berupa lelucon-lelucon, sehingga diusir bersama-sama suaminya oleh ayahnya, lalu mengembara ke Mesir, dan dengan demikian kehormatan kadi baru itu pulih kembali.

11. Karakter hikayat abu nawas


Penjelasan:

Unsur Intrinsik :

Tema : keadilan

Alur : Menggunakan alur maju mundur. Karena penulis menceritakan cerita tidak berurutan dari awal hingga akhir.

Setting/ Latar :

-Setting Tempat : Negeri Baghdad, Rumah Abunawas.Rumah Kadi

Sudut Pandang Pengarang : orang ketiga serba tahu.

Amanat :

-kita harus banyak-banyak bersyukur.

Jangan selalu melihat ke atas, sekali-kali lihatlah kebawah, karena masih banyak orang yang hidupnya lebih menderita dari kita.

- Hadapilah semua rintangan dan cobaan dalam hidup dengan sabar dan rendah hati.

-Jangan memandang seseorang dari tampak luarnya saja, tapi lihatlah ke dalam hatinya.

-Hendaknya kita dapat menolong sesama yang mengalami kesukaran.

-Janganlah kita mudah menyerah dalam menghadapi suatu hal.

-Hidup dan kematian, bahagia dan kesedihan, semua berada di tanan Tuhan, manusia hanya dapat menjalani takdir yang telah ditentukan.

-kita harus selalu bersikap adil

Unsur Ekstrinsik :

1. Nilai Moral

Kita harus bersikap bijaksana dalam menghadapi segala hal di dalam hidup kita.

Jangan kita terlalu memaksakan kehendak kita kalau sebenarnya tidak mampu.

2. Nilai Budaya

Sebagai seorang raja kita harus memberikan contoh yang baik kepada rakyat.

3. Nilai Sosial

Kita harus saling tolong-menolong terhadap sesama dan pada orang yang membutuhkan tanpa rasa pamrih.

Hendaknya kita mau berbagi untuk meringankan beban orang lain.

4. Nilai Religius

Jangan mempercayai ramalan yang belum tentu kebenarannya.

Percayalah pada Tuhan bahwa Dialah yang menentukan nasib manusia.

5. Nilai Pendidikan

Kita harus saling tolong-menolong terhadap sesama dan pada orang yang membutuhkan tanpa rasa pamrih.

Semoga bermanfaat ya (≡^∇^≡)


12. Amanat cerita hikayat abu nawaas pesan bagi hakim


Coba baca dulu ceritanya seperti apa


Karena seingatku, amanat yang di dalam cerita itu adalah "Harus berlaku adil jika menjadi hakim meskipun kepada orang yang tidak kita suka"


13. siapa pengarang hikayat Abu nawas ?


Pengarangnya tidak diketahui. Ia adalah antara yang masih terselamat sehingga hari ini.

14. Anonim dalam hikayat abu nawas ibu sejati


Hikayat yang mananya.. Biar di anonim

15. Amanat cerita hikayat abu nawaas pesan bagi hakim


Amanat: 
-kita harus banyak-banyak bersyukur. 
Jangan selalu melihat ke atas, sekali-kali lihatlah kebawah, karena masih banyak orang yang hidupnya lebih menderita dari kita. 
- Hadapilah semua rintangan dan cobaan dalam hidup dengan sabar dan rendah hati. 
-Jangan memandang seseorang dari tampak luarnya saja, tapi lihatlah ke dalam hatinya. 
-Hendaknya kita dapat menolong sesama yang mengalami kesukaran.
-Janganlah kita mudah menyerah dalam menghadapi suatu hal. 
-Hidup dan kematian, bahagia dan kesedihan, semua berada di tanan Tuhan, manusia hanya dapat menjalani takdir yang telah ditentukan. 
-kita harus selalu bersikap adil 

Video Terkait


Post a Comment for "Hikayat Abu Nawas Pesan Bagi Hakim"