Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cerpen Anak Sekolah Cinta Tanah Air


Cerpen Anak Sekolah Cinta Tanah Air

tentukan unsur instrinsik cerpen keluar negeri untuk menggembalakan sapiini cerpen nya:Banyak orang bercerita tentang sejarah Indonesia dan Timor Leste, tetapi saya tidak paham karena saya belum lahir saat negara itu berdiri (Timor Leste). Ibu saya berasal dari Timor Leste, sedangkan bapak saya berasal dari Indonesia dari suku Batak, tetapi ibu saya sangat cinta Indonesia. Sekarang saya bersama ibu dan bapak tinggal di Indonesia dan selamanya demikian. Walaupun begitu, setiap liburan saya pasti ke Timor Leste. Entah liburan naik kelas, atau liburan Natal dan tahun baru. Atau liburan apa pun saya pasti ke Timor Leste.Sekalipun saya ke Timor Leste saat liburan, namun bukan berarti saya pergi berlibur. Saya ke Timor Leste untuk menggembalakan sapi-sapi nenek saya. Kebetulan nenek dari pihak ibu saya itu memang warga negara Timor Leste. Saya sangat mencintai nenek begitu juga sebaliknya, nenek pun sangat mencintai saya juga ibu dan kami sekeluarga. Sapi nenek saya lumayan banyak, yakni sekitar dua puluh ekor. Bayangkan jika saya tidak membantu nenek menggembalakan sapi-sapinya maka pasti nenek akan sendirian mengurus semuanya dengan kelelahan.Bisanya saya memulai perjalanan dengan jalan tikus. Saya tidak melewati jalan yang sebenarnya. Walau melewati jalan tikus sungguh melelahkan, namun itu yang bisa saya lakukan. Saya katakan melelahkan karena saya harus berhati-hati sekali takut tertangkap. Biasanya saya berpakaian seadanya seperti anak-anak Timor umumnya yang sedang bermain. Jika berpapasan orang di jalan dan saya telah berada di tanah Timor maka saya berpura-pura sebagai seorang anak Timor Leste yang sedang bermain-main di hutan atau kebun. Namun jika saya takut ketahuan atau tertangkap polisi perbatasan atau tentara yang sedang beroperasi keamanan maka saya akan memakai karung goni menutupi seluruh tubuh saya, dan bersembunyi di balik rerumputan kering berdebu atau bukit-bukit batu. Sepanjang perjalanan melelahkan itu, saya sering kehausan dan sulit membeli air karena kami melintasi hutan dan bukit atau jalan yang sulit. Namun syukurlah, saya selalu tiba di rumah nenek dengan selamat.Nenek saya bernama Rei. Orang-orang memanggilnya nenek Rei. Sesampai di rumah nenek Rei saya mengucapkan salam kepada nenek. Lalu saya dan nenek pergi menggembalakan sapi ke sawah yang sudah dipotong padinya. Sore hari saya menggembalakan pulang sapi-sapi nenek kembali ke kandang. Saya melakukan itu setiap hari selama liburan.Pasti kalian tidak percaya kalau saya mengatakan saya sangat bangga bisa membantu nenek. Jika teman-teman berlibur di rumah masing-masing saja, atau berlibur ke tempat-tempat yang indah dan tidak bekerja, saya justru sangat merindukan saat liburan ke rumah nenek di Timor Leste, saya bangga sekali bisa untuk membantu nenek menggembalakan sapi-sapi nenek. Sapi-sapi itu sangat akrab dengan saya, dan mereka seakan tahu bahwa saya pasti akan datang saat liburan sekolah dan menggembalakan mereka.Akhirnya masa liburan pun selesai. Biasanya sehari sebelum selesai liburan, saya pasti pulang ke Indonesia ke Motain tempat tinggal saya. Sehari itu saya akan gunakan untuk menyiapkan segala sesuatu untuk masuk sekolah nanti. Saat yang ditunggutunggu pun tiba. Saya pamit pada nenek, namun karena bertepatan dengan ulang tahun saya maka saya dihadiahi seekor sapi oleh nenek saya.“Terima kasih, nek terima kasih,” saya terus saja mengucapkan terima kasih atas hadiah yang berharga dari nenek, yaitu seekor sapi. Saya membawa sapi itu ke Indonesia melalui jalan tikus. Kali ini saya lebih hati-hati lagi karena saya bersama sapi. Selama satu jam perjalanan, saya kadang tegang dan ketakutan, namun saya berhasil tiba di Indonesia, di rumah saya dengan selamat.Walaupun saya sangat mencintai nenek, tetapi saya juga sangat mencintai Indonesia. Saya memilih terus bersama orang tua saya di Indonesia karena jika berada di Indonesia saya bisa berlibur ke luar negeri, ke tempat nenek, di Timor Leste meskipun hanya dengan berjalan kaki. Semua itu sangat menyenangkan.

Daftar Isi

1. tentukan unsur instrinsik cerpen keluar negeri untuk menggembalakan sapiini cerpen nya:Banyak orang bercerita tentang sejarah Indonesia dan Timor Leste, tetapi saya tidak paham karena saya belum lahir saat negara itu berdiri (Timor Leste). Ibu saya berasal dari Timor Leste, sedangkan bapak saya berasal dari Indonesia dari suku Batak, tetapi ibu saya sangat cinta Indonesia. Sekarang saya bersama ibu dan bapak tinggal di Indonesia dan selamanya demikian. Walaupun begitu, setiap liburan saya pasti ke Timor Leste. Entah liburan naik kelas, atau liburan Natal dan tahun baru. Atau liburan apa pun saya pasti ke Timor Leste.Sekalipun saya ke Timor Leste saat liburan, namun bukan berarti saya pergi berlibur. Saya ke Timor Leste untuk menggembalakan sapi-sapi nenek saya. Kebetulan nenek dari pihak ibu saya itu memang warga negara Timor Leste. Saya sangat mencintai nenek begitu juga sebaliknya, nenek pun sangat mencintai saya juga ibu dan kami sekeluarga. Sapi nenek saya lumayan banyak, yakni sekitar dua puluh ekor. Bayangkan jika saya tidak membantu nenek menggembalakan sapi-sapinya maka pasti nenek akan sendirian mengurus semuanya dengan kelelahan.Bisanya saya memulai perjalanan dengan jalan tikus. Saya tidak melewati jalan yang sebenarnya. Walau melewati jalan tikus sungguh melelahkan, namun itu yang bisa saya lakukan. Saya katakan melelahkan karena saya harus berhati-hati sekali takut tertangkap. Biasanya saya berpakaian seadanya seperti anak-anak Timor umumnya yang sedang bermain. Jika berpapasan orang di jalan dan saya telah berada di tanah Timor maka saya berpura-pura sebagai seorang anak Timor Leste yang sedang bermain-main di hutan atau kebun. Namun jika saya takut ketahuan atau tertangkap polisi perbatasan atau tentara yang sedang beroperasi keamanan maka saya akan memakai karung goni menutupi seluruh tubuh saya, dan bersembunyi di balik rerumputan kering berdebu atau bukit-bukit batu. Sepanjang perjalanan melelahkan itu, saya sering kehausan dan sulit membeli air karena kami melintasi hutan dan bukit atau jalan yang sulit. Namun syukurlah, saya selalu tiba di rumah nenek dengan selamat.Nenek saya bernama Rei. Orang-orang memanggilnya nenek Rei. Sesampai di rumah nenek Rei saya mengucapkan salam kepada nenek. Lalu saya dan nenek pergi menggembalakan sapi ke sawah yang sudah dipotong padinya. Sore hari saya menggembalakan pulang sapi-sapi nenek kembali ke kandang. Saya melakukan itu setiap hari selama liburan.Pasti kalian tidak percaya kalau saya mengatakan saya sangat bangga bisa membantu nenek. Jika teman-teman berlibur di rumah masing-masing saja, atau berlibur ke tempat-tempat yang indah dan tidak bekerja, saya justru sangat merindukan saat liburan ke rumah nenek di Timor Leste, saya bangga sekali bisa untuk membantu nenek menggembalakan sapi-sapi nenek. Sapi-sapi itu sangat akrab dengan saya, dan mereka seakan tahu bahwa saya pasti akan datang saat liburan sekolah dan menggembalakan mereka.Akhirnya masa liburan pun selesai. Biasanya sehari sebelum selesai liburan, saya pasti pulang ke Indonesia ke Motain tempat tinggal saya. Sehari itu saya akan gunakan untuk menyiapkan segala sesuatu untuk masuk sekolah nanti. Saat yang ditunggutunggu pun tiba. Saya pamit pada nenek, namun karena bertepatan dengan ulang tahun saya maka saya dihadiahi seekor sapi oleh nenek saya.“Terima kasih, nek terima kasih,” saya terus saja mengucapkan terima kasih atas hadiah yang berharga dari nenek, yaitu seekor sapi. Saya membawa sapi itu ke Indonesia melalui jalan tikus. Kali ini saya lebih hati-hati lagi karena saya bersama sapi. Selama satu jam perjalanan, saya kadang tegang dan ketakutan, namun saya berhasil tiba di Indonesia, di rumah saya dengan selamat.Walaupun saya sangat mencintai nenek, tetapi saya juga sangat mencintai Indonesia. Saya memilih terus bersama orang tua saya di Indonesia karena jika berada di Indonesia saya bisa berlibur ke luar negeri, ke tempat nenek, di Timor Leste meskipun hanya dengan berjalan kaki. Semua itu sangat menyenangkan.


Banyak orang bercerita tentang sejarah Indonesia dan Timor Leste, tetapi saya tidak paham karena saya belum lahir saat negara itu berdiri (Timor Leste). Ibu saya berasal dari Timor Leste, sedangkan bapak saya berasal dari Indonesia dari suku Batak, tetapi ibu saya sangat cinta Indonesia. Sekarang saya bersama ibu dan bapak tinggal di Indonesia dan selamanya demikian.

Jika berpapasan orang di jalan dan saya telah berada di tanah Timor maka saya berpura-pura sebagai seorang anak Timor Leste yang sedang bermain-main di hutan atau kebun. Namun jika saya takut ketahuan atau tertangkap polisi perbatasan atau tentara yang sedang beroperasi keamanan maka saya akan memakai karung goni menutupi seluruh tubuh saya, dan bersembunyi di balik rerumputan kering berdebu atau bukit-bukit batu. Sepanjang perjalanan melelahkan itu, saya sering kehausan dan sulit membeli air karena kami melintasi hutan dan bukit atau jalan yang sulit. Namun syukurlah, saya selalu tiba di rumah nenek dengan selamat.
Nenek saya bernama Rei. Orang-orang memanggilnya nenek Rei. Sesampai di rumah nenek Rei saya mengucapkan salam kepada nenek. Lalu saya dan nenek pergi menggembalakan sapi ke sawah yang sudah dipotong padinya. Sore hari saya menggembalakan pulang sapi-sapi nenek kembali ke kandang. Saya melakukan itu setiap hari selama liburan.
Pasti kalian tidak percaya kalau saya mengatakan saya sangat bangga bisa membantu nenek. Jika teman-teman berlibur di rumah masing-masing saja, atau berlibur ke tempat-tempat yang indah dan tidak bekerja, saya justru sangat merindukan saat liburan ke rumah nenek di Timor Leste, saya bangga sekali bisa untuk membantu nenek menggembalakan sapi-sapi nenek. Sapi-sapi itu sangat akrab dengan saya, dan mereka seakan tahu bahwa saya pasti akan datang saat liburan sekolah dan menggembalakan mereka.
Akhirnya masa liburan pun selesai. Biasanya sehari sebelum selesai liburan, saya pasti pulang ke Indonesia ke Motain tempat tinggal saya. Sehari itu saya akan gunakan untuk menyiapkan segala sesuatu untuk masuk sekolah nanti. Saat yang ditunggutunggu pun tiba. Saya pamit pada nenek, namun karena bertepatan dengan ulang tahun saya maka saya dihadiahi seekor sapi oleh nenek saya.
“Terima kasih, nek terima kasih,” saya terus saja mengucapkan terima kasih atas hadiah yang berharga dari nenek, yaitu seekor sapi. Saya membawa sapi itu ke Indonesia melalui jalan tikus. Kali ini saya lebih hati-hati lagi karena saya bersama sapi. Selama satu jam perjalanan, saya kadang tegang dan ketakutan, namun saya berhasil tiba di Indonesia, di rumah saya dengan selamat.
Walaupun saya sangat mencintai nenek, tetapi saya juga sangat mencintai Indonesia. Saya memilih terus bersama orang tua saya di Indonesia karena jika berada di Indonesia saya bisa berlibur ke luar negeri, ke tempat nenek, di Timor Leste meskipun hanya dengan berjalan kaki. Semua itu sangat menyenangkan.
tinggal nentuin tema, tokoh, penokohan, alur, latar, amanat

2. tentukan tokoh,alur,latar suasanan,latar tempat cerpen keluar negeri untuk menggembalakan sapi karya abadi simanjuntak tolong bantu ya tolong jawabnya dengan benarcerpen nya ini:Banyak orang bercerita tentang sejarah Indonesia dan Timor Leste, tetapi saya tidak paham karena saya belum lahir saat negara itu berdiri (Timor Leste). Ibu saya berasal dari Timor Leste, sedangkan bapak saya berasal dari Indonesia dari suku Batak, tetapi ibu saya sangat cinta Indonesia. Sekarang saya bersama ibu dan bapak tinggal di Indonesia dan selamanya demikian. Walaupun begitu, setiap liburan saya pasti ke Timor Leste. Entah liburan naik kelas, atau liburan Natal dan tahun baru. Atau liburan apa pun saya pasti ke Timor Leste.Sekalipun saya ke Timor Leste saat liburan, namun bukan berarti saya pergi berlibur. Saya ke Timor Leste untuk menggembalakan sapi-sapi nenek saya. Kebetulan nenek dari pihak ibu saya itu memang warga negara Timor Leste. Saya sangat mencintai nenek begitu juga sebaliknya, nenek pun sangat mencintai saya juga ibu dan kami sekeluarga. Sapi nenek saya lumayan banyak, yakni sekitar dua puluh ekor. Bayangkan jika saya tidak membantu nenek menggembalakan sapi-sapinya maka pasti nenek akan sendirian mengurus semuanya dengan kelelahan.Bisanya saya memulai perjalanan dengan jalan tikus. Saya tidak melewati jalan yang sebenarnya. Walau melewati jalan tikus sungguh melelahkan, namun itu yang bisa saya lakukan. Saya katakan melelahkan karena saya harus berhati-hati sekali takut tertangkap. Biasanya saya berpakaian seadanya seperti anak-anak Timor umumnya yang sedang bermain. Jika berpapasan orang di jalan dan saya telah berada di tanah Timor maka saya berpura-pura sebagai seorang anak Timor Leste yang sedang bermain-main di hutan atau kebun. Namun jika saya takut ketahuan atau tertangkap polisi perbatasan atau tentara yang sedang beroperasi keamanan maka saya akan memakai karung goni menutupi seluruh tubuh saya, dan bersembunyi di balik rerumputan kering berdebu atau bukit-bukit batu. Sepanjang perjalanan melelahkan itu, saya sering kehausan dan sulit membeli air karena kami melintasi hutan dan bukit atau jalan yang sulit. Namun syukurlah, saya selalu tiba di rumah nenek dengan selamat.Nenek saya bernama Rei. Orang-orang memanggilnya nenek Rei. Sesampai di rumah nenek Rei saya mengucapkan salam kepada nenek. Lalu saya dan nenek pergi menggembalakan sapi ke sawah yang sudah dipotong padinya. Sore hari saya menggembalakan pulang sapi-sapi nenek kembali ke kandang. Saya melakukan itu setiap hari selama liburan.Pasti kalian tidak percaya kalau saya mengatakan saya sangat bangga bisa membantu nenek. Jika teman-teman berlibur di rumah masing-masing saja, atau berlibur ke tempat-tempat yang indah dan tidak bekerja, saya justru sangat merindukan saat liburan ke rumah nenek di Timor Leste, saya bangga sekali bisa untuk membantu nenek menggembalakan sapi-sapi nenek. Sapi-sapi itu sangat akrab dengan saya, dan mereka seakan tahu bahwa saya pasti akan datang saat liburan sekolah dan menggembalakan mereka.Akhirnya masa liburan pun selesai. Biasanya sehari sebelum selesai liburan, saya pasti pulang ke Indonesia ke Motain tempat tinggal saya. Sehari itu saya akan gunakan untuk menyiapkan segala sesuatu untuk masuk sekolah nanti. Saat yang ditunggutunggu pun tiba. Saya pamit pada nenek, namun karena bertepatan dengan ulang tahun saya maka saya dihadiahi seekor sapi oleh nenek saya.“Terima kasih, nek terima kasih,” saya terus saja mengucapkan terima kasih atas hadiah yang berharga dari nenek, yaitu seekor sapi. Saya membawa sapi itu ke Indonesia melalui jalan tikus. Kali ini saya lebih hati-hati lagi karena saya bersama sapi. Selama satu jam perjalanan, saya kadang tegang dan ketakutan, namun saya berhasil tiba di Indonesia, di rumah saya dengan selamat.Walaupun saya sangat mencintai nenek, tetapi saya juga sangat mencintai Indonesia. Saya memilih terus bersama orang tua saya di Indonesia karena jika berada di Indonesia saya bisa berlibur ke luar negeri, ke tempat nenek, di Timor Leste meskipun hanya dengan berjalan kaki. Semua itu sangat menyenangkan.


tokoh: tokoh saya,ibu,bapak,teman-teman,nenek
alur: maju
latar suasana:senang,takut
latar tempat: timor leste,jalan tikus,hutan,kebun,rumah nenek.

3. Tak Sempat Kuungkapkan Cerpen Karangan: Noorhayati Kategori: Cerpen Cinta Dalam Hati (Terpendam), Cerpen Remaja Lolos moderasi pada: 31 October 2017 “Sangat menyebalkan sekali, kenapa dia selalu senyum padaku sedangkan aku tak mengenalnya. Aneh, memang aneh!” ucapku kesal. Dia selalu melontarkan senyumannya untukku setiap saat bertemu, memandangiku tanpa jenuh, membingungankan sekali kelakuan anak itu. Ya, dia adalah beny anak Ipa 3, sedangkan aku anak ipa 1. Saat pertama mengenalnya adalah saat kami terkunci di luar gerbang. Aku memberanikan diri untuk memanjat gerbang itu. Dia sempat menertawakanku saat rokku terkait. “dasar otak mes*m.” bentakku pada Beny. 4 bulan sudah kami kenal, namun aku tidak pernah memperkenalkan namaku padanya, hanya saja aku bingung dari mana dia mengetahui namaku. “Tias.” teriak seseorang dari jendela. Kelasnya dan kelasku bersampingan, kebetulan sekali kami sama-sama duduk dekat jendela. 1 tahun telah berlalu kini kami sudah kelas 2. Perasaanku mulai tak karuan pada Beny. Aku jadi salah tingkah karena dia selalu memperhatikanku. Aku rasa aku mulai menyukainya. Sejak saat itu sikapku berubah, maklumlah lagi kasmaran namanya, tapi aku tak pernah menceritakan hal ini pada siapa pun bahwa aku menyukai Beny. Aku rasa dia juga tak mengetahui perasaanku, aku tidak ingin ada seorang pun tahu tentang perasaanku apalagi Beny. Aku bersikap padanya seolah-olah aku tak menyukainya. 7 bulan berlalu, aku mulai memperhatikannya sampai pada suatu hari aku tak melihatnya berada di bangkunya. Pada hari itu aku bertanya pada oyem sahabatnya. “Beny nggak masuk kelas ya?” tanyaku. “Beny sedang di UKS.” Aku pun pergi ke UKS modus hanya ingin melihat wajahnya, aku pura-pura pusing. Saat aku mulai tertidur, sekilas suara menyadarkanku. “kalo pusing minum obat, obatnya ada di loker nomor 4.” aku terkejut sekali saat gorden pembatas ditarik Beny. Tanpa kusadari sekarang aku sudah kelas 3 SMA. Aku sangat mengagumi Beny, tapi aku tak pernah mengungkapkan itu pada siapapun, aku hanya menulisnya di kertas dan kusimpan dalam kotak kecil. Saat semua orang telah habis pulang sekolah tersisalah aku sendiri di sekolahan. Aku berjalan menuju kelas Beny dan melirik ke arah bangku duduknya kurasakan saat itu dia ada bersamaku. Aku duduk di bangkunya tanganku tepat mengenai lacinya. Kurasa tanganku sedang menyentuh tumpukkan kertas perlahan kubuka. Sangat menyentuh sekali semua itu curhatan Beny. Dan ada kata-kata yang sempat terngiang di ingatanku yaitu “pasir merindukan ombak, tanah merindukan air, angin merindukan hujan, dan aku merindukanmu.” entah siapakah yang dia maksud. Hari ini hari terakhir kami menjadi siswa di SMA BAKTI KARYA, hari terakhirku melihat Beny. Selesai acara pelepasan siswa, kulihat wajah Beny saat itu sangat bahagia, aku pun ikut bahagia. Dia lontarkan senyum paling manis untukku. Aku dapat merasakan bahwa itu adalah senyum perpisahan kami. Selesai acara semua siswa pulang kecuali aku. Aku berjalan di sekolah sambil melihat-lihat pemandangan yang ada untuk terakhir kalinya. Aku sempat singgah di kelas Beny dan duduk di bangkunya. Kudapatkan selipat kertas yang tertinggal di lacinya. “aku mengagumi tanpa kata, ku membisu saat ingin mengungkapkannya, hatiku membeku, napasku berhenti, kadang jantungku berdebar. Terima kasih atas perhatian kecilmu, aku tahu kau juga memandangku dari jendela, ya aku tahu itu. Terima kasih atas segalanya. Aku menunggumu bidadari Ipa 1 (TIAS A).” aku sempat meneteskan air mata terharu, “aku mencintaimu Ben, meskipun tak sempatku ungkapkan.” Aku berontak keluar kelas berlari menuju gerbang sekolah, sedih sekali saat kulihat semua dalam keadaan sunyi sepi, namun berharap suatu saat kami dipersatukan kembali. Aku sangat bahagia bisa mengenalnya meskipun aku tak bisa memilikinya. TAMAT. pertanyaannya : 1) Siapa tokohnya? 2) Karakter/watak tokoh tersebut? 3) Tempat kejadian/peristiwa : A. Latar waktu : B. Latar tempat :


1. tokoh : beny dan oyem.tokoh benny dan oyem
wataknya terlalu percaya diri

4. Pagi itu, suara Ibu membuatku terbangun dari tidurku. Tak tahunya, ibu ingin mengajakku pergi ke taman untuk menghadiri acara menanam seribu pohon di desaku jam 08.00 nanti. Aku pun bergegas bangun, merapikan tempat tidurku, dan pergi ke kamar mandi untuk Wudhu. Air mengalir keluar dari keran. Aku membasuh tanganku, berkumur, membasuh hidung, membasuh muka, membasuh tangan sampai siku-siku, mengusap kening, membasuh telinga, mengusap kaki sampai telapak dan mata kaki. Lalu aku keluar dari kamar mandi dan membaca doa setelah wudhu. Kalian sudah tahu aku? Pasti belum. Aku adalah Fatimah Azzahra. Aku biasa di panggil Fatimah. Aku suka dan sangat mencintai lingkungan. Ok teman-teman mau tahu kelanjutan kisahku dan bagaimana aku menjaga lingkungan sekitarku Byurr! Aku mengguyur tubuhku dengan segayung air. Hmm… segar! Aku pun menggosokkan sabun ke badanku dan sehabis itu mengguyur badanku lagi. Brr… dingin juga ya air pada pagi ini!!! O ya, aku juga menggosok gigiku dengan pasta gigi dan sikatnya. Lalu aku menyikat gigiku. Segar sekali mulutku! Tak lama, aku keluar dari kamar mandi dan berbalut handuk Island Princess. Setelah mengeringkan tubuh, aku bergegas pergi ke kamar dan memakai kaus berwarna merah bergaris hitam bergambar anak yang berdiri dan tersenyum sambil membentuk kata peace dengan tudung kepalanya. Aku memakai celana panjang berwarna hitam training bergaris putih. O ya aku juga membawa alat kebersihan, yaitu cangkul untuk menanam tanaman. Setelah berdandan dan bersiap-siap, aku pergi ke ruang makan dan sarapan pagi. Aku sarapan dengan ayah, ibu, dan Kak Tya (kakakku). Kami sarapan dengan telur dadar, kecap, dan ikan teri. Setelah sarapan, aku dan keluargaku pergi ke balai desa (warga memang di suruh berkumpul di balai desa) yang lumayan jauh dari rumah kami. Dan kami juga memilih berjalan kaki daripada naik motor. Kenapa kami memilih berjalan kaki daripada naik motor? Pertama kita bisa mempersedikit polusi udara. karena kalau naik motor, kita dapat memperbanyak asap yang dapat memperbanyak polusi dan dapat merusak lingkungan. Kedua, kita bisa berolahraga dengan jalan kaki. Walaupun tempatnya jauh, tapi dengan berolahraga kita sehat dan bugar bukan? Dan kita juga terhindar dari segala macam penyakit. Ok balik lagi ke Fatimah ya! Sampai di balai desa, kami dan semua warga di bagikan dua kantong biji pohon mangga oleh Pak RT. 1 kantong di tanam di taman Panca Indah dan yang satu lagi di tanam di rumah dan pekarangan masing-masing. O ya, setelah seluruh warga berkumpul di balai desa, semua warga pergi ke taman Panca Indah yang tidak jauh dari desa. Kami dan semua warga pergi ke taman bersama, termasuk juga pak RT. Ada yang membawa alat kebersihan seperti cangkul, pupuk, dan air. Semua tampak bersemangat untuk menanam seribu pohon. Sesampainya di taman Panca Indah, semua warga pun mengeluarkan cangkul dan mencangkuli tanah. Mereka memasukkan bibit pohon mangga ke dalam tanah yang telah di cangkul. Begitu juga denganku. Aku mencangkuli tanah. Dan aku mencangkuli tanah sampai bagian tanah yang terdalam. Lalu aku menaruh satu-dua bibit pohon mangga di dalamnya. Dan, aku menguburnya lagi dengan tanah yang sudah kucangkul tadi. Aku melakukannya terus menerus sampai sekitar 10 kali. Jadi aku menanam 10 pohon. Aku juga menyiraminya dengan air yang kudapat dari keran air. Huhh! capai, tapi nikmat kok! Setelah melakukan kegiatan menanam seribu pohon, kami di beri segelas jus mangga oleh Pak RT. Hmm.. enak! Segar sekali! Setiap tegukannya membuat tenggorokan tenang dan menghilangkan haus dan dahaga. Sepertinya tenaga yang telah terkuras sudah kembali lagi. Sungguh senang sekali menanam seribu pohon bersama. Coba seandainya kami tidak bekerja bakti dan melakukannya sendiri. Pasti sekarang belum selesai! Makanya, kita perlu kebersamaan agar bisa meciptakan suatu kebaikan bersama. Ok sekarang waktunya pulang ke rumah masing-masing! Keesokan harinya… Sehabis pulang sekolah, aku mengayuh sepedaku ke Taman Panca Indah. Sebelum pulang ke rumah, aku ingin melewati taman Panca Indah. Aku ingin melihat pohon mangga yang kutanam kemarin di sana. Aku ingin mengetahui apakah pohon manggaku sudah tumbuh atau belum. Saatku melewatinya, batang pohon manggaku sudah tumbuh. Sungguh senang hatiku. Aku merasa senang dan bahagia sekali, karena bisa menanam pohon. Dengan menanam pohon, kita dapat mengurangi polusi udara bukan? Kita dapat menebarkan kebaikan kepada semua orang. Manusia dapat merasakan suasana sejuk dan udara segar karena kita menanam pohon yang menghasilkan oksigen bagi manusia. Buah yang nantinya tumbuh juga bisa di makan banyak orang. Dengan begitu, hidup akan sehat dan gembira. Dan kita juga melakukan sesuatu yang mulia bagi semua umat. Bukankah itu menyenangkan? 1. Tokohnya berapa ? Sebutkan ! 2. Apa yg dilakuakn tokoh stlh bangun tidur ? 3. Pesan moral apa yg terdapat dlm cerpen tersebut THANK'S


1. 5 orang
fatimah
ibu
ayah
kak tya
pak RT
2. merapikan tempat tidur
ke kamar mandi untuk wudhu
mandi
menyikat gigi
3. harus merawat lingkungan dengan baik

5. poin Gambar Tanpa Teks a. Dengarkan nasihat yang baik dari orang-orang di sekitar kita, termasuk orang tua kita. b. Janganlah terlalu mengatur kehidupan dan perekonomian anak yang sudah berkeluarga. c. Siapa pun tetap akan berdosa apabila melawan kepada suami, apalagi kepada orang tua. d. Seorang suami harus membiayai keluarga, setia terhadap istri, dan adil terhadap istrinya. e. Orang tua hendaklah mengarahkan sesuatu yang baik kepada anaknya, bukan yang buruk. 9. Perhatikan kutipan cerpen berikut!Alam termasuk siswa yang paling rajin di antara teman-temannya. Ia pun tidak merasa sombong walaupun berkali-kali dai mendapat juara bela diri. Sifatnya itulah yang menyebabkan ia banyak disenangi teman-temannya.Teknik penggambaran tokoh yang sesuai dengan kutipan cerpen di atas adalah …. * 2 poin a. Teknik analitik langsung b. Penggambaran fisik dan perilaku tokoh c. Penggambaran lingkungan kehidupan tokoh d. Penggambaran tata kebahasaan tokoh e. Penggambaran oleh tokoh lain 10. Bacalah kutipan cerpen berikut!Segala sesuatu tampak berada dalam kendali sekarang. Bahkan, kamarnya sekarang sangat rapi dan bersih. Segalanya tampak tepat berada di tempatnya sekarang, teratur rapi dan tertata dengan baik.Kata-kata bercetak tebal merupakan ciri kebahasaan cerpen yaitu …. * 2 poin a. Kata bermakna lampau b. Kata urutan waktu c. Kata yang menggambarkan peristiwa d. Kata kerja kalimat tak langsung e. Kata sifat 11. Perhatikan urutan kerangka proposal berikut ini! 1. Latar Belakang 2. Masalah dan Tujuan 3. Metode 4. Ruang Lingkup Kegiatan 5. Pelaksana Kegiatan 6. Kerangka Teoretis dan Hipotesis 7. Fasilitas . Urutan kerangka proposal yang tepat adalah * 2 poin a. 1-2-3-4-5-6-7 b. 1-2-4-6-3-5-7 c. 7-6-5-4-3-2-1 d. 2-3-1-4-6-5-7 e. 1-5-2-3-7-6-4 12. Kegiatan pelatihan kepemimpinan akan dilaksanakan pada hari Sabtu 10 Oktober 2015, jam 15.00 di aula sekolah. Dalam proposal, bagian tersebut lebih tepat dimaksukkan ke bagian * 2 poin a. Sarana kegiatan b. Penyelenggaraan kegiatan c. Waktu dan tempat kegiatan d. Komponen kegiatan e. Prosedur kegiatan 13. * 2 poin Gambar Tanpa Teks a b c d e 14 * 2 poin Gambar Tanpa Teks a.Rumusan masalah b. Landasan teori c. Tujuan kegiatan d. Metode pelatihan e. Anggaran kegiatan 15. Kebudayaan merupakan karakter dan jati diri bagi setiap bangsa. Bangsa Indonesia memiliki keragaman seni budaya, terutama dalam bentuk tarian yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Yakni dari sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Rote dengan keunikan dan identitasnya. Tari-tarian itu akan lebih menarik apabila dipentaskan secara kolosal. Tujuan proposal berdasarkan penggalan latar belakang di atas adalah ….. * 2 poin Memasyarakatkan tari daerah b. Melestarikan tari daerah c. Mendemonstrasikan tari daerah d. Menyelenggarakan pentas tari daerah e. Meningkatkan kecintaan terhadap seni budaya 16. * 2 poin Gambar Tanpa Teks b. 1) b. (2) c. (3) d. (4) e. (5) 17. * 2 poin Gambar Tanpa Teks a. (1) dan (2) b. (2) dan (3) c. (3) dan (4) d. (4) dan (5) e. (1) dan (5) 18. Kalimat persuasif dalam kutipan latar belakang di atas ditandai dengan nomor …. * 2 poin a. (1) b. (2) c. (3) d. (4) e. (5) 19. Kata kerja tindakan yang terdapat dalam kutipan latar belakang di atas diantaranya …. * 2 poin a. diberlakukan, merupakan, pengajar b. memperbaiki, memberdayakan, membaca c. menulis, materi, pengajaran d. kurikulum, metode, prestasi e. apalagi, dengan demikian, untuk itu 20. Kata-kata yang bercetak tebal pada kutipan latar belakang di atas merupakan istilah yang bekaitan dengan bidang…. * 2 poin a. Sosial b. Ekonomi c. Pendidikan d. Hiburan e. Politik


Jawaban:

8. A

9. c

10.d

11. A

12.D

13.B.

14. E

15. E

16. A

17. B

18. A

19. c

20. D

Penjelasan:

ga ada penjelasan yg mendetail tp saya yakin itu jawaban yg benar tp maaf kalo salah


6. 1. Analisislah butir-butir penting dalam teks negosiasi W.S. (gunakan tabel kutipan dan paragrafnya)Dr. Willibrordus Surendra Broto Rendra, S.S., M.A. (lahir di Solo, Hindia Belanda, 7 November 1935 – meninggal di Depok, Jawa Barat, 6 Agustus 2009 pada umur 73 tahun) atau dikenal sebagai W.S. Rendra adalah sastrawan berkebangsaan Indonesia. Sejak muda, dia menulis puisi, skenario drama, cerpen, dan esai sastra di berbagai media massa. Pernah mengenyam pendidikan di Universitas Gajah Mada, dan dari perguruan tinggi itu pulalah dia menerima gelar Doktor Honoris Causa. Penyair yang kerap dijuluki sebagai "Burung Merak, ini, tahun 1967 mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta. Melalui Bengkel Teater itu, Rendra melahirkan banyak seniman antara lain Sitok Srengenge, Radhar Panca Dahana, Adi Kurdi, dan lain-lain. Ketika kelompok teaternya kocar-kacir karena tekanan politik, ia memindahkan Bengkel Teater di Depok, Oktober 1985.Rendra adalah anak dari pasangan R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan Raden Ayu Catharina Ismadillah. Ayahnya adalah seorang guru bahasa Indonesia dan bahasa Jawa pada sekolah Katolik, Solo, di samping sebagai dramawan tradisional; sedangkan ibunya adalah penari serimpi di Keraton Surakarta Hadiningrat. Masa kecil hingga remaja Rendra dihabiskannya di kota kelahirannya.W.S. Rendra bersekolah di TK Marsudirini, Yayasan Kanisius. SD sampai SMA Katolik, SMA Pangudi Luhur Santo Yosef, Solo (tamat pada tahun 1955). Ketika kuliah ia mengambil Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Mendapat beasiswa American Academy of Dramatical Art (1964 - 1967).Bakat sastra Rendra sudah mulai terlihat ketika ia duduk di bangku SMP. Saat itu ia sudah mulai menunjukkan kemampuannya dengan menulis puisi, cerita pendek, dan drama untuk berbagai kegiatan sekolahnya. Bukan hanya menulis, ternyata ia juga piawai di atas panggung. Ia mementaskan beberapa dramanya, dan terutama tampil sebagai pembaca puisi yang sangat berbakat. Karya-karya Rendra tidak hanya terkenal di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Banyak karyanya yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, di antaranya bahasa Inggris, Belanda, Jerman, Jepang, dan India.Pada tahun 1967, sepulang dari Amerika Serikat, ia mendirikan Bengkel Teater yang sangat terkenal di Indonesia dan memberi suasana baru dalam kehidupan teater di tanah air. Namun sejak 1977 ia mendapat kesulitan untuk tampil di muka publik baik untuk mempertunjukkan karya dramanya maupun membacakan puisinya. Kelompok teaternya pun tak pelak sukar bertahan. Untuk menanggulangi ekonominya Rendra hijrah ke Jakarta, lalu pindah ke Depok. Pada 1985, Rendra mendirikan Bengkel Teater Rendra yang masih berdiri sampai sekarang dan menjadi basis bagi kegiatan keseniannyaBaru pada usia 24 tahun, ia menemukan cinta pertama pada diri Sunarti Suwandi. Dari wanita yang dinikahinya pada 31 Maret 1959 itu, Rendra mendapat lima anak: Theodorus Setya Nugraha, Andreas Wahyu Wahyana, Daniel Seta, Samuel Musa, dan Clara Sinta. Romantisme percintaan mereka memberi inspirasi Rendra sehingga lahir beberapa puisi yang kemudian diterbitkan dalam satu buku Empat Kumpulan Sajak.Pada tahun 1971, Raden Ayu Sitoresmi Prabuningrat ditemani oleh kakaknya R. A. Laksmi Prabuningrat, keduanya adalah putri darah biru Keraton Yogyakarta mengutarakan keinginannya untuk menjadi murid Rendra dan bergabung dengan Bengkel Teater. Tak lama kemudian Rendra melamar Sito untuk menjadi istri kedua, dan Sito menerimanya. Peristiwa itu, tak pelak lagi, mengundang berbagai komentar sinis seperti mengenai masuknya Rendra menjadi Islam hanya untuk poligami. Tapi alasan yang lebih prinsipil bagi Rendra, karena Islam bisa menjawab persoalan pokok yang terus menghantuinya selama ini, yakni kemerdekaan individual sepenuhnya. Saya bisa langsung beribadah kepada Allah tanpa memerlukan pertolongan orang lain. Sehingga saya merasa hak individu saya dihargai, katanya sambil mengutip ayat Quran, yang menyatakan bahwa Allah lebih dekat dari urat leher seseorang. Dari Sitoresmi, ia mendapatkan empat anak: Yonas Salya, Sarah Drupadi, Naomi Srikandi, dan Rachel Saraswati.Sang Burung Merak kembali mengibaskan keindahan sayapnya dengan mempersunting Ken Zuraida, istri ke-3 yang memberinya dua anak, yaitu Isaias Sadewa dan Maryam Supraba. Tapi pernikahan itu harus dibayar mahal karena tak lama sesudah kelahiran Maryam, Rendra diceraikan Sitoresmi pada 1979, dan Sunarti pada tahun 1981.Sejak tahun 1977 ketika ia sedang menyelesaikan film garapan Sjumanjaya, Yang Muda Yang Bercinta ia dicekal pemerintah Orde Baru. Semua penampilan di muka publik dilarang. Ia menerbitkan buku drama untuk remaja berjudul Seni Drama untuk Remaja dengan nama Wahyu Sulaiman. Tetapi di dalam berkarya ia menyederhanakan namanya menjadi Rendra saja sejak 1975.


Butir-butir penting dalam teks negosiasi W.S sebagai berikut:

(Terlampir)

Jika kita amati dari cerita di atas, kita bisa memahami kondisi di kala itu. Sastra dan karya yang dibatasi dan kemudian keinginan W.S Rendra untuk menikah kembali membawa dampak yang cukup besar bagi kehidupannya. Pada usianya yang sudah renta ia masih memproduksi film. Sayangnya film tersebut harus di cekal ketika masa Orde Baru hingga akhirnya seluruh penampilan di muka publik di larang untuk muncul secara umum.

Penjelasan:

Cerita inspiratif adalah cerita yang biasanya didapatkan dari kisah hidup dan peristiwa yang pernah dialami oleh orang lain di masa lalu kemudian cerita itu dikembangkan dan memiliki makna bagi orang lain yang membacanya. Cerita inspiratif bisa membawa dampak positif bagi orang lain, karena cerita inspiratif membawa semangat dan meningkatkan motivasi hidup.

Pelajari lebih lanjut:

Pelajari lebih lanjut materi tentang cerita inspiratif, pada:

brainly.co.id/tugas/29323137

#BelajarBersamaBrainly

7. Tolong ulas cerpennya . Karya Abadi Simanjuntak Banyak orang bercerita tentang sejarah Indonesia dan Timor Leste, tetapi saya tidak paham karena saya belum lahir saat negara itu berdiri (Timor Leste). Ibu saya berasal dari Timor Leste, sedangkan bapak saya berasal dari Indonesia dari suku Batak, tetapi ibu saya sangat cinta Indonesia. Sekarang saya bersama ibu dan bapak tinggal di Indonesia dan selamanya demikian. Walaupun begitu, setiap liburan saya pasti ke Timor Leste. Entah liburan naik kelas, atau liburan Natal dan tahun baru. Atau liburan apa pun saya pasti ke Timor Leste. Sekalipun saya ke Timor Leste saat liburan, namun bukan berarti saya pergi berlibur. Saya ke Timor Leste untuk menggembalakan sapi-sapi nenek saya. Kebetulan nenek dari pihak ibu saya itu memang warga negara Timor Leste. Saya sangat mencintai nenek begitu juga sebaliknya, nenek pun sangat mencintai saya juga ibu dan kami sekeluarga. Sapi nenek saya lumayan banyak, yakni sekitar dua puluh ekor. Bayangkan jika saya tidak membantu nenek menggembalakan sapi-sapinya maka pasti nenek akan sendirian mengurus semuanya dengan kelelahan. Bisanya saya memulai perjalanan dengan jalan tikus. Saya tidak melewati jalan yang sebenarnya. Walau melewati jalan tikus sungguh melelahkan, namun itu yang bisa saya lakukan. Saya katakan melelahkan karena saya harus berhati-hati sekali takut tertangkap. Biasanya saya berpakaian seadanya seperti anak-anak Timor umumnya yang sedang bermain. Jika berpapasan orang di jalan dan saya telah berada di tanah Timor maka saya berpura-pura sebagai seorang anak Timor Leste yang sedang bermain-main di hutan atau kebun. Namun jika saya takut ketahuan atau tertangkap polisi perbatasan atau tentara yang sedang beroperasi keamanan maka saya akan memakai karung goni menutupi seluruh tubuh saya, dan bersembunyi di balik rerumputan kering berdebu atau bukit-bukit batu. Sepanjang perjalanan melelahkan itu, saya sering kehausan dan sulit membeli air karena kami melintasi hutan dan bukit atau jalan yang sulit. Namun syukurlah, saya selalu tiba di rumah nenek dengan selamat. Nenek saya bernama Rei. Orang-orang memanggilnya nenek Rei. Sesampai di rumah nenek Rei saya mengucapkan salam kepada nenek. Lalu saya dan nenek pergi menggembalakan sapi ke sawah yang sudah dipotong padinya. Sore hari saya menggembalakan pulang sapi-sapi nenek kembali ke kandang. Saya melakukan itu setiap hari selama liburan. Pasti kalian tidak percaya kalau saya mengatakan saya sangat bangga bisa membantu nenek. Jika teman-teman berlibur di rumah masing-masing saja, atau berlibur ke tempat-tempat yang indah dan tidak bekerja, saya justru sangat merindukan saat liburan ke rumah nenek di Timor Leste, saya bangga sekali bisa untuk membantu nenek menggembalakan sapi-sapi nenek. Sapi-sapi itu sangat akrab dengan saya, dan mereka seakan tahu bahwa saya pasti akan datang saat liburan sekolah dan menggembalakan mereka. Akhirnya masa liburan pun selesai. Biasanya sehari sebelum selesai liburan, saya pasti pulang ke Indonesia ke Motain tempat tinggal saya. Sehari itu saya akan gunakan untuk menyiapkan segala sesuatu untuk masuk sekolah nanti. Saat yang ditunggutunggu pun tiba. Saya pamit pada nenek, namun karena bertepatan dengan ulang tahun saya maka saya dihadiahi seekor sapi oleh nenek saya. “Terima kasih, nek terima kasih,” saya terus saja mengucapkan terima kasih atas hadiah yang berharga dari nenek, yaitu seekor sapi. Saya membawa sapi itu ke Indonesia melalui jalan tikus. Kali ini saya lebih hati-hati lagi karena saya bersama sapi. Selama satu jam perjalanan, saya kadang tegang dan ketakutan, namun saya berhasil tiba di Indonesia, di rumah saya dengan selamat. Walaupun saya sangat mencintai nenek, tetapi saya juga sangat mencintai Indonesia. Saya memilih terus bersama orang tua saya di Indonesia karena jika berada di Indonesia saya bisa berlibur ke luar negeri, ke tempat nenek, di Timor Leste meskipun hanya dengan berjalan kaki. Semua itu sangat menyenangkan.


sangat bagus sekali cerpennyahebat.. cerpennya bagus

Video Terkait


Post a Comment for "Cerpen Anak Sekolah Cinta Tanah Air"